Copyright © rooMMate's
Design by Dzignine
Senin, 24 Desember 2012

Reog Cemandi, Bertahan Di bawah Bayang – Bayang Besar Nama Reog Ponorogo dan Era Globalisasi


Reog, sutu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut, dan Ponorogo dianggap sebagai kota Reog yang sesungguhnya. Reog sangat kental dengan dua tokoh yang cukup mendominasi, warok dan gemblak. Dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. 

Terbentuknya sebuah kesenian reog itu sendiri memiliki banyak versi cerita. Namun disini saya hanya mengutip salah satu kisah terbentuknya Reog Ponorogo itu sendiri. Kisah yang berawal dari jaman kerajaan Majapahit ketika dipimpin oleh Bhre Kertabumi yang beristrikan putri dari China. Kerajaan yang sistem pemerintahannya kacau karena pengaruh buruk sang istri. Disisi lain ada seorang abdi kerajaan bernama Ki Ageng Kutu yang melakukan pemberontakan dengan cara mendirikan sebuah perguruan silat. Dalam perjalanannya mendirikan perguruan beliau menerapkan kesenian Reog ini dan di tampilkan di seluruh masyarakat sekitar. Dan tarian ini merupakan sebuah sindiran terhadap seorang raja yang murka. Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya.(Wikipedia


Di sebuah daerah lain di kawasan timur, masih di daerah Jawa Timur, tepatanya di Sidoarjo. Juga terdapat kesenian yang dari dahulu sampai sekarang masih terjaga. Kesenian itu bernama Reog Cemandi. Kesenian yang selalu ditampilkan ketika ada even – even besar di kampung tersebut. Reog Cemandi sering tampil di acara perkawinan, sedekah bumi, dan terakhir kemarin di acara menyambut tahun baru islam. Kesenian ini tentunya sangat jauh berbeda dari kesenian reog yang umum di tampilkan selama ini. Dan kesenian ini juga memiliki sejarah tersendiri atas terbentuknya tarian – tarian tersebut. 
Reog Cemandi hanya menampilkan topeng wanita dan pria serta diiringi dengan 7 orang penabuh gendang. Reog Cemandi menceritakan tentang sepasang muda-mudi yang sedang berperang melawan penjajahan Belanda. “Tarian adat reog Cemandi mengkisahkan tentang dua remaja muda-mudi yang berasal dari salah satu pondok pesantren yang ada di Desa Cemandi, diutus oleh Kyainya berperang melawan Belanda dengan bersenjatakan kayu rotan. Karena sudah dibekali ilmu dari kyainya, kedua remaja tersebut berhasil mengusi Belanda dari tanah Desa Cemandi. Karena keberhasilan kedua remaja dalam berperang melawan Belanda ini, akhirnya warga setempat mempercayai kalau perlambangan kedua topeng laki-laki dan perempuan itu, bisa mengusir mala petaka dan mara bahaya yang akan mengintai warga desa Cemandi. Kesenian Reog Cemandi yang sudah ada mulai tahun 1922 ini, akan terus dilestarika oleh warga setempat sebagai tarian tolak bahaya, karena masyarakat setempat mempercayai tarian tersebut sangat berguna buat masyarakat setempat untuk menolak penyakit dan mara bahaya. Budaya seni Reog Cemandi ini diarak berkeliling desa Cemandi. (sumber)

Kebudayaan sangatlah beragam, bahkan sering ada kemiripan di antara satu daerah dengan daerah lainya. Dalam hal ini Reog cemandi berusaha bertahan di era globalisasi ini di bawah bayang – bayang nama besar reog Ponorogo. Selalu ada perbandingan antara keduanya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Budayakan budaya sendiri, sebelum kita semua termakan budaya asing!!

2 comments:

  1. baru tau gan ada reyog cemandi di ponorogo walaupuntinggal di sini. tapi bukan asli ponorogo juga saya

    BalasHapus
  2. wih mantab ya, reog itu asli dari ponorogo bukan dari malaysia

    BalasHapus