Reog,
sutu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat laut, dan
Ponorogo dianggap sebagai kota Reog yang sesungguhnya. Reog sangat kental
dengan dua tokoh yang cukup mendominasi, warok dan gemblak. Dua sosok yang ikut
tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di
Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu
kebatinan yang kuat.
Terbentuknya
sebuah kesenian reog itu sendiri memiliki banyak versi cerita. Namun disini
saya hanya mengutip salah satu kisah terbentuknya Reog Ponorogo itu sendiri.
Kisah yang berawal dari jaman kerajaan Majapahit ketika dipimpin oleh Bhre Kertabumi
yang beristrikan putri dari China. Kerajaan yang sistem pemerintahannya kacau
karena pengaruh buruk sang istri. Disisi lain ada seorang abdi kerajaan bernama
Ki Ageng Kutu yang melakukan pemberontakan dengan cara mendirikan sebuah
perguruan silat. Dalam perjalanannya mendirikan perguruan beliau menerapkan
kesenian Reog ini dan di tampilkan di seluruh masyarakat sekitar. Dan tarian
ini merupakan sebuah sindiran terhadap seorang raja yang murka. Dalam
pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai
"Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan
diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang
menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala
gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang
menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang
menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng
badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang
berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan
menggunakan giginya. (Wikipedia)
Di
sebuah daerah lain di kawasan timur, masih di daerah Jawa Timur, tepatanya di
Sidoarjo. Juga terdapat kesenian yang dari dahulu sampai sekarang masih
terjaga. Kesenian itu bernama Reog Cemandi. Kesenian yang selalu ditampilkan
ketika ada even – even besar di kampung tersebut. Reog Cemandi sering tampil di
acara perkawinan, sedekah bumi, dan terakhir kemarin di acara menyambut tahun
baru islam. Kesenian ini tentunya sangat jauh berbeda dari kesenian reog yang
umum di tampilkan selama ini. Dan kesenian ini juga memiliki sejarah tersendiri
atas terbentuknya tarian – tarian tersebut.
Reog
Cemandi hanya menampilkan topeng wanita dan pria serta diiringi dengan 7 orang
penabuh gendang. Reog Cemandi menceritakan tentang sepasang muda-mudi yang
sedang berperang melawan penjajahan Belanda. “Tarian adat reog Cemandi
mengkisahkan tentang dua remaja muda-mudi yang berasal dari salah satu pondok
pesantren yang ada di Desa Cemandi, diutus oleh Kyainya berperang melawan
Belanda dengan bersenjatakan kayu rotan. Karena sudah dibekali ilmu dari
kyainya, kedua remaja tersebut berhasil mengusi Belanda dari tanah Desa
Cemandi. Karena keberhasilan kedua remaja dalam berperang melawan Belanda ini,
akhirnya warga setempat mempercayai kalau perlambangan kedua topeng laki-laki
dan perempuan itu, bisa mengusir mala petaka dan mara bahaya yang akan
mengintai warga desa Cemandi. Kesenian Reog Cemandi yang sudah ada mulai tahun
1922 ini, akan terus dilestarika oleh warga setempat sebagai tarian tolak
bahaya, karena masyarakat setempat mempercayai tarian tersebut sangat berguna
buat masyarakat setempat untuk menolak penyakit dan mara bahaya. Budaya seni
Reog Cemandi ini diarak berkeliling desa Cemandi. (sumber)
Kebudayaan
sangatlah beragam, bahkan sering ada kemiripan di antara satu daerah dengan
daerah lainya. Dalam hal ini Reog cemandi berusaha bertahan di era globalisasi
ini di bawah bayang – bayang nama besar reog Ponorogo. Selalu ada perbandingan
antara keduanya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia
yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan
terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat
yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan
yang jelas. Mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih
berlaku.
Budayakan budaya sendiri, sebelum kita semua termakan budaya asing!!
Budayakan budaya sendiri, sebelum kita semua termakan budaya asing!!
baru tau gan ada reyog cemandi di ponorogo walaupuntinggal di sini. tapi bukan asli ponorogo juga saya
BalasHapuswih mantab ya, reog itu asli dari ponorogo bukan dari malaysia
BalasHapus